Masa Pemerintahan Raden Wijaya
¢ Pemberontakan Ranggalawe /Arya
Adikara (1295)
Disebabkan
oleh kekecewaan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai patih dan hasutan
Mahapati kepada raja, Ranggalawe berhasil dibunuh oleh Kebo Anabrang.
¢ Pemberontakan Sora (1300)
Disebabkan
oleh hasutan Mahapati kepada Raja dan Nambi tentang perbuatan Sora yang
membunuh Kebo Anabrang, ia pun tewas setelah penyerangan Nambi dan pasukanya
Masa Pemerintahan Jayanegara
¢ Pemberontakan Ra Semi
Pararaton mengisahkan
secara singkat pemberontakan Ra Semi terhadap pemerintahan Jayanagara.
Pemberontakannya itu ia lakukan di daerah Lasem. Akhirnya pemberontakan kecil
ini dapat ditumpas oleh pihak Majapahit di mana Ra Semi akhirnya tewas dibunuh
di bawah pohon kapuk.
o
Pemberontakan Ra Tanca
Ra Tanca adalah satu-satunya
Dharmaputra yang masih hidup setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti tahun
1319.
Dikisahkan pada tahun 1328, Jayanegara meminta istrinya yaitu
Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat untuk menikah denganya. Tanca meminta agar Gajah Mada, yang saat itu menjadi
abdi kesayangan Jayanagara, supaya mengambil tindakan pencegahan. Namun Gajah
Mada seolah tidak peduli pada laporan Ra Tanca. Hal ini membuat Ra Tanca merasa
tersinggung.
Ra Tanca merupakan ahli
pengobatan istana. Suatu hari ia dipanggil untuk mengobati sakit bisul yang
diderita Jayanagara. Di dalam kamar raja hanya ada ia, Jayanagara, dan Gajah
Mada. Usai melakukan terapi pembedahan, tiba-tiba Tanca menusuk Jayanagara
sampai tewas. Seketika itu pula Gajah Mada ganti membunuh Tanca.
o
Pemberontakan Nambi
Suatu hari
terdengar berita bahwa ayah Nambi sakit keras. Nambi pun mengambil cuti untuk
pulang ke Lamajang (nama lama Lumajang). Sampai di sana aayahnya sudah meninggal.
Akan tetapi dihadapan
raja, Mahapati menyampaikan berita bohong bahwa Nambi menolak untuk kembali ke
ibu kota karena sedang mempersiapkan pemberontakan. Jayanagara termakan hasutan
tersebut. Ia pun mengirim pasukan dipimpin Mahapati untuk menumpas Nambi.
Nambi
tidak menduga datangnya serangan mendadak. Ia pun membangun benteng pertahanan
di Gending dan Pejarakan. Namun keduanya dapat dihancurkan oleh pasukan
Majapahit. Akhirnya Nambi sekeluarga pun tewas pula dalam peperangan itu. Babad
Pararaton menceritakan kejatuhan Lamajang pada tahun saka
"Naganahut-wulan" (Naga mengigit bulan) dan dalam Babad Negara
Kertagama disebutkan tahun "Muktigunapaksarupa" yang keduanya
menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi.
Pararaton
mengisahkan Nambi mati dalam benteng pertahanannya di desa Rabut Buhayabang,
karena dikeroyok oleh Jabung Tarewes, Lembu Peteng, dan Ikal-Ikalan Bang.
Sedangkan menurut Nagarakretagama yang memimpin penumpasan Nambi bukan
Mahapati, melainkan langsung oleh Jayanagara sendiri. Jatuhnya Lamajang ini
kemudian membuat kota-kota pelabuhannya seperti Sadeng dan Patukangan melakukan
perlawanan yang kemudian dikenal sebagai "Pasadeng" atau perang
sadeng dan ketha pada tahun 1331 masehi.
¢ Pemberontakan Kuti
Pararaton
selanjutnya mengisahkan adanya pemberontakan para Dharmaputra yang dipimpin Ra
Kuti pada tahun 1319. Meskipun demikian, Jayanagara sekeluarga berhasil
melarikan diri dengan dikawal para prajurit bhayangkari yang dipimpin
seorang bekel bernama Gajah Mada ke desa Bandader.
Gajah Mada lalu menemui tumenggung
amancanegara. Setelah meyakini kalau pemberontakan Ra Kuti ternyata
tidak mendapat dukungan rakyat, maka Gajah Mada pun memberi tahu keadaan yang
sesungguhnya, bahwa raja masih hidup.
Akhirnya, dengan kerja sama antara Gajah
Mada, para pejabat, dan segenap rakyat ibu kota, Ra Kuti dan komplotannya
berhasil dimusnahkan. Ra Kuti merupakan perwira Majapahit yang berasal dari
daerah Pajarakan sekarang Kabupaten Probolinggo.
Masa Pemerintahan Tribuwana Tunggadewi
¢ Perang Sadeng
Tahun 1331 daerah Sadeng dan
Keta berusaha untuk melepaskan diri,
pada saat itu terjadi perebutan kedudukan panglima penumpas pemberontakan
antara Ra Kembar dan Gajah Mada, akhirnya Tribhuwana Tunggadewi turun sendiri
untuk menumpas pemberontakan
¢ Perang
Bubat
Adalah perang yang
terjadi pada tahun 1279 Saka atau 1357 M pada abad ke-14, yaitu di masa
pemerintahan raja Majapahit Hayam Wuruk. Tokoh utama yang dalam perang ini
adalah Gajah Mada, Hayam Wuruk, Pitaloka, Maharaja Linggabuwana, dan Bunisora
Suradipati.Perang terjadi akibat perselisihan antara Mahapatih Gajah Mada dari
Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan
Sunda di Pesanggrahan Bubat, yang mengakibatkan tewasnya seluruh
rombongan Sunda.
Gajah Mada
menginginkan pernikahan Raja Hayam Huruk dengan Pitaloka, sebab niatnya untuk
mempersatukan Sunda dengan Majapahit akan terwujud tanpa harus melalui
peperangan. Hal yang sama juga diharapkan oleh Maharaja Linggabuwana karena
pernikahan itu akan membuat wilayah Kerajaan Sunda semakin luas (tetapi Gajah
Mada berkhianat). Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para
menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda di lapangan
Bubat karena serangan Gajah Mada dan pasukannya.Dan tradisi menyebutkan sang
Putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati, bunuh diri
untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya.
Tindakan ini
mungkin diikuti oleh segenap perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik
bangsawan ataupun abdi. Menurut tata perilaku dan nilai-nilai
kasta ksatriya, tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh para perempuan
kasta tersebut jika kaum laki-lakinya telah gugur. Hayam Wuruk meratapi
kematian Dyah Pitaloka, dan ia menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan
(darmadyaksa) dari Bali, yang saat itu berada di Majapahit untuk
menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka, untuk menyampaikan
permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang
menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda. Raja Hayam Wuruk kemudian menikahi
sepupunya sendiri, Padukasori.
PENGHIANATAN GAJAH MADA
¢ Ternyata
tanpa sepengetahuan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, diam-diam orang tua Hayam Wuruk
(Cakradara/ Tribhuwanatunggadewi) telah menjodohkan Hayam Wuruk dengan
Padukasori, putri Kudamerta/Rajadewi Maharasasa. Rajadewi adalah adik
Tribhuwanatunggadewi. Kudamerta yang mendengar Gajah Mada telah melamar
Pitaloka sebagai permaisuri Hayam Wuruk, berhasil memengaruhi Ratu Sepuh
Tribhuwanatunggadewi untuk menggagalkan pernikahan tersebut. Gajah Mada
terpaksa mengikuti kemauan orang tua Hayam Wuruk, mengubah posisi Pitaloka yang
tadinya sebagai permaisuri, menjadi selir. Sikap Gajah Mada tersebut dirasakan
Maharaja Linggabuwana sebagai penghinaan padahal Gajah Mada sendiri merasa
sedih harus berbuat seperti itu.
¢ Perang
Paregreg
Perang Paregreg merupakan peperangan
yang terjadi antara Majapahit istana barat yang dipimpin
Wikramawardhana, melawan istana timur yang dipimpin BhreWirabhumi.
Perang ini terjadi pada 1404-1406 dan menjadi penyebab utama kemunduran
Majapahit.
Perang Paregreg diawali dengan
pemberontakan Bhre Wirabumi , Adipati Blambangan, putra Hayam Wuruk darn
selirnya. Perseteruan tersebut akhirnya dapat dimenangkan oleh Wikramawardhana
. Karena kondisi yang sedang tidak kondusif di Majapahit , banyak daerah
jajahan yang melepaskan diri
Setelah kemenangan Wikrama wardhana,
kerajaan timur kembali bersatu dengan kerajaan barat. Namun banyak daerah
bawahan di luar Jawa yang lepas . Seperti tahun 1405 daerah Kalimantan Barat
direbut kerajaan Cina. Lalu disusul lepasnya Palembang, Melayu, dan Malaka yang
tumbuh sebagai bandar-bandar perdagangan ramai, yang merdeka dari Majapahit.
Kemudian lepas pula daerah Brunei yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah
utara.
Selain itu Wikramawardhana juga
berhutang ganti rugi pada Dinasti Ming penguasa Cina atas tewasnya 170 orang
prajurit Cina
Pihak Cina mengetahui kalau di Jawa
ada dua buah kerajaan, barat dan timur. Laksamana Ceng Ho dikirim sebagai duta
besar mengunjungi kedua istana. Pada saat kematian Bhre Wirabhumi, rombongan
Ceng Ho sedang berada di istana timur sehingga terkena dampak peperangan.